Menurunnya Investasi di Sektor Pariwisata Kota Batam Akibat Pandemi Covid-19

Mahasiswi Yuni Samosir
Besarnya dampak wabah Covid-19 berimbas pada perekonomian global yang menghantam hampir seluruh sektor termasuk pariwisata. Negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa sekalipun, tidak luput dari merosotnya investasi di sektor pariwisata.

Hal ini sesuai dengan apa yang dilaporkan oleh UNWTO (United Nations World Tourism Organization) bahwa perekonomian pariwisata dunia menurun 22% dan akan terus menurun hingga 60% pada tahun kedepannya. Indonesia sendiri mengalami penurunan sebesar 7,62% sejak Januari 2020 dan terus merosot seiring berkembangnya wabah COVID-19.

Kota Batam juga merasakan dampak dari wabah terlihat dari menurunnya jumlah wisatawan dan investasi pariwisata secara keseluruhan sebesar 50% hingga 54% sejak Februari 2020 berdasarkan data dari Indonesia Marketing Association.

Sejak merebaknya COVID-19, banyak proyek pembangunan di sektor pariwisata yang mangkrak seperti pembangunan wisata religi Masjid Sultan Mahmud Rayat Syah dan revitalisasi Museum Raja Ali Haji Batam.

Sektor yang paling terdampak sejak awal dari pandemi adalah perhotelan dimana terdapat sekitar 21 hotel dari bintang dua hingga bintang lima menyatakan tutup untuk sementara waktu.

Sebelumnya persoalan investasi di Kota Batam bersumber dari perizinan dan kompleksnya dualisme antara BP Batam dan Pemko, akan tetapi menurut Anggota Komisi VI DPR Mukhtarudin setelah dualisme itu berakhir justru pertumbuhan investasi di Batam semakin turun yang sebelumnya 10% kini anjlok ke 4.5%.

Kini dengan persoalan wabah yang melanda, investasi di sektor pariwisata khususnya semakin parah ketika banyak hotel dan restoran di Batam gulung tikar akibat tidak adanya turis yang berkunjung, sehingga okupansi hotel dan pendapatan restoran jatuh pada titik kritis.

Selain hotel dan juga restoran yang gulung tikar yang membuat tidak adanya turis yang berkunjung, melemahnya pendapatan daerah dari sektor pariwisata juga membuat industri retail atau pengusaha retail merasakan dampaknya karena Covid -19 ini.

Walaupun tidak terlalu berdampak dari segi ketersediaan stok namun, efek ini sangat signifikan dan berdampak pada segi transaksi. Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey mengatakan, industri retail berpotensi kehilangan omset sebesar US$ 48 juta atau sekitar Rp 652 miliar karena menurunnya kunjungan turis dari China dalam dua bulan terakhir.

Daerah yang sektor retailnya paling terdampak adalah Manado, Bali, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Medan, dan Jakarta. Sementara itu, Menurut perhitungan Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E LIPI).

Sektor perdagangan Indonesia diprediksi akan mengalami kontraksi Lebih dari 495 jenis komoditas atau 13% komoditas dengan tujuan ekspor Tiongkok akan terimbas. Selain itu, sekitar 299 jenis barang impor dari China diperkirakan menyusut atau menghilang dari pasar Indonesia.

“Sebagian produk yang merupakan barang konsumsi strategis akan memiliki implikasi serius terhadap inflasi dalam negeri".

Ditulis oleh Yuni Samosir
Fakultas Ilmu Hukum Universitas Internasional Batam
Tags ,


Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator sebagaimana diatur dalam UU ITE. #MariBijakBerkomentar.



[blogger]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.